FILOSOFI S.A.F.E

FILOSOFI S.A.F.E

          Ketika anda membuka www.roadattitude.com dan mengunduh tautan/download link:

Maka disana anda kan menemukan slide presentasi yang berisi filosofi S.A.F.E, dalam filosofi ini sebenarnya sangat simpel dan mudah dihafal dibanding dengan sistem/filosofi mengemudi lainnya. Namun karena tidak semua memahami arti dari filosofi ini maka hal itu akan dijelaskan pada artikel ini.

Seeing and be seen

           Maksud seeing/melihat pada filosofi pertama ini agar setiap pengemudi mampu melihat bahaya/hazard yang ada disekitarnya, baik yang statis seperti kendaraan parkir, pohon, orang yang berdiri dipinggir jalan, genangan air, maupun bahaya yang dinamis atau bergerak (searah ataupun dari berlawanan arah) seperti kendaraan bermotor lain, hewan liar,  sepeda dan lain-lain. Ketika anda dapat melihat dan mengidentifikasi bahaya-bahaya tersebut diharapkan anda mampu memikirkan risiko terburuk dan mulai mencari solusi pencegahannya, sehingga ketika akan melewati bahaya tersebut kewaspaan anda telah meningkat dan mampu melakukan tindakan-tindakan avoidance/penghindaran bila diperlukan. Sedangkan be seen/terlihat bertujuan agar diri anda/kendaraan anda dapat terlihat oleh pengemudi lain sehingga anda bisa diidentifikasi oleh pengemudi lain “sebagai” objek bahaya. Banyak cara agar anda bisa terlihat ketika mengemudi maupun ketika tidak mengemudi antara lain:
  • Menggunakan/memasang lampu DRL (Daytime Running Lamp), sejak 2008 negara-negara Eropa dan Amerika melihat sisi positif penggunaan lampu ini karena mampu menarik perhatian baik pengemudi lain maupun pejalan kaki hingga tabrakan dapat dihindari. Namun DRL tetap ada aturannya, yaitu lampu berwarna putih, kuning atau oranye, tidak berkedip, dan cahaya bagi kendaraan yang menggunakan lampu berwarna putih berkisar antara 400-1200 candela sehingga tidak menyilaukan pengguna jalan yang lain.
  • Menyalakan lampu utama/headlight pada motor, pada motor-motor produksi Indonesia setelah 2009 dapat dipastikan sudah memiliki karakteristik “engine on, light on” atau ketika mesin menyala lampu juga menyala (kecuali lampunya rusak/mati), namun bagi motor yang model lama diwajibkan untuk selalu menyalakan lampunya ketika berkendara.
  • Pastikan semua lampu dalam kondisi yang baik, salah satu lampu terpenting yang harus selalu anda cek adalah lampu rem. Karena ketika lampu rem tidak berfungsi/mati maka sangat sulit untuk mengidentifikasi, kecuali anda meminta seseorang untuk menginjak rem lalu anda melihat langsung dari belakang kendaraan. Berbeda dengan lampu sein, ketika salah satu lampu pada sein mati maka indikator sein pada dashboard akan menyala lebih cepat. Risiko terbesar anda ketika lampu rem mati adalah ditabrak dari arah belakang dan berakhir dengan tabrakan beruntun.
  • Menyalakan lampu hazard, pasang segitiga pengaman dan gunakan rompi reflektif ketika anda mengalami mogok, pecah ban, dan kerusakan mesin saat berkendara di jalan tol/ jalan bebas hambatan. Segitiga pengaman harus dipasang minimal 20 meter dari mobil pada saat kendaraan mengalami kerusakan, namun sebelum anda memasang segitiga pengaman tersebut sangat dianjurkan untuk memakai rompi reflektif berwarna cerah dan mampu memantulkan cahaya saat malam hari. Rompi reflektif memang tidak diwajibkan menurut hukum di Indonesia, namun di negara lain setiap kendaraan wajib memiliki rompi ini dengan tujuan agar anda selalu terlihat.

Always a way out

           Arti dari always a way out adalah selalu ada cara untuk keluar ketika kita melihat suatu bahaya. Hal ini hanya dapat dilakukan bila anda telah melakukan tahap pertama yaitu seeing/melihat objek bahaya dan bisa mengidentifikasi apa resiko dari bahaya tersebut. Bila anda selalu melakukan hal diatas maka otomatis anda akan mengetahui tindakan antisipasi apa yang harus dilakukan serta memiliki waktu yang cukup untuk melakukan antisipasi tersebut. Contoh:

Ketika anda mengemudi dimalam hari dan mengikuti kendaran didepan dengan jarak aman 3 detik, tiba-tiba jarak kendaraan menjadi pendek padahal lampu rem kendaraan didepan tidak menyala. Maka hanya ada dua hal yang mungkin terjadi yaitu lampu rem kendaraan didepan rusak, atau kendaraan didepan menurunkan gigi perseneling ke yang lebih rendah. Sebagai pengemudi defensive maka anda harus mencari kemungkinan terburuk yaitu bisa jadi lampu kendaraan didepan yang rusak. Antisipasi yang bisa anda lakukan adalah menjaga jarak menjadi lebih jauh (4-5 detik dibelakang kendaraan tersebut) bila kondisi macet atau ketika anda sudah berada di kecepatan maksimal yang diperbolehkan, lalu mulai melihat 2 kendaraan didepan kendaraan tersebut sebagai patokan, bila mereka mulai melakukan pengereman maka anda juga harus memulai pengereman. Apabila memungkinkan untuk menyalip maka anda lebih baik menyalip dan menjauhi kendaraan tersebut karena bila anda menyalip dan berada tepat di depan kendaraan tersebut maka risiko tabrakan beruntun masih mengancam anda.

Itu adalah salah satu gambaran bagaimana melakukan identifikasi bahaya, mencari risiko terburuk, serta melakukan antisipasi yang bisa dilakukan, masih banyak contoh lain yang akan diulas pada update-update mendatang.

Far and wide view

          Pandangan jauh kedepan dan lebar, kurang lebih itu maksud dari filosofi ketiga ini. Tujuan memandang jauh kedepan tidak terlepas dari filosofi kedua “always a way out”, karena untuk mengetahui dan menentukan seberapa besar ancaman bahaya maka anda membutuhkan waktu yang cukup agar otak dapat memproses informasi mulai saat mata anda melihat bahaya tersebut, mengidentifikasi bahaya tersebut, memprediksi bahaya tersebut (arah pergerakan, kecepatan & resiko yang ditimbulkan), memutuskan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya (melakukan pengereman, melakukan penghindaran, mencari risiko terkecil), serta mengeksekusi keputusan tersebut. Dibutuhkan minimal  satu detik bagi otak untuk memutuskan semua itu (bagi yang memiliki refleks yang bagus) dan dua detik bagi manusia pada umumnya, oleh karena itu selalu jaga jarak mengikuti dengan kendaraan di depan, dan lihat minimal sejauh dua atau tiga mobil didepan kita agar memberikan waktu pada otak kita untuk memproses semua informasi tersebut.

          Sedangkan mengapa kita juga perlu memperlebar pandangan kita, hal ini bertujuan untuk memperkecil blind spot/titik buta mata yang diakibatkan oleh banyak hal, mulai dari kondisi lingkungan, bentuk kendaraan, posisi mengemudi dan juga akibat kecepatan kendaraan. Tujuan utamanya sama, yaitu agar kita bisa melihat dan identifikasi bahaya disekeliling kendaraan, namun selain itu dengan memperluas bidang pandang kita bisa mencari celah aman bila harus melakukan tindakan antisipasi seperti pengereman ataupun penghindaran.

Ever aware

          Ever aware, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara langsung maka artinya “pernah sadar” atau “pernah mengetahui”. Namun yang dimaksud disini adalah kita paling tidak harus pernah tahu atau sadar arti dari bahaya, karena bahaya itu ada dimana-mana. Dengan pernah menyadari dan mengetahui arti dari bahaya secara otomatis membuat kewaspadaan kita meningkat sehingga saat mengemudi kita selalu berpedoman “expect the unexpected”   artinya ketika terjadi kejadian yang tidak terduga kita tidak panik karena kita telah menduga hal tersebut bisa saja terjadi. Ketika keempat filosofi tersebut anda lakukan maka anda telah menekan risiko ketika berada atau berkendara dijalan raya.

==O.J==

Leave a Reply