Bukan Cuma soal Skill: 5 Sikap Sederhana yang Bikin Jalan Raya Lebih Aman dan Manusiawi

Bayangkan sebuah persimpangan jalan di jam sibuk. Suara klakson bersahutan, deru mesin terdengar tegang, dan puluhan pasang mata saling mengawasi, menunggu celah sekecil apa pun untuk melesat maju. Semua orang di sana, kemungkinan besar, memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Secara teknis, mereka bisa mengoperasikan kendaraannya.

Namun, kemampuan menekan pedal gas, memutar kemudi, dan menginjak rem ternyata tidak cukup. Ada satu elemen krusial yang sering kali terlupakan: sikap berkendara atau road attitude.

Kenyataannya, banyak gesekan, kecelakaan, dan bahkan pertengkaran di jalan tidak lahir dari kurangnya skill, melainkan dari minimnya etika dan empati. Padahal, mengubah jalanan yang terasa seperti medan perang menjadi ruang publik yang lebih beradab bisa dimulai dari hal-hal sederhana.

Berikut adalah lima sikap mendasar yang jika kita terapkan bersama, bisa membuat perjalanan kita setiap hari jauh lebih aman dan manusiawi.

1. Sikap Komunikatif: Sein dan Senyum Jauh Lebih Ampuh dari Klakson

Berkendara bukanlah aktivitas solo. Di jalan, kita adalah bagian dari sebuah ekosistem yang terus bergerak. Komunikasi menjadi kunci agar “tarian” ribuan kendaraan ini berjalan harmonis.

Sayangnya, komunikasi yang paling sering kita gunakan adalah klakson yang bernada amarah. Padahal, ada cara yang jauh lebih efektif. Mulailah dengan menyalakan lampu sein beberapa meter sebelum Anda berbelok atau berpindah lajur, bukan saat setir sudah diputar. Ini memberi waktu bagi pengendara lain untuk bereaksi.

Sebuah kedipan lampu jauh bisa berarti “silakan duluan”, dan lambaian tangan singkat saat ada yang memberi jalan adalah ucapan “terima kasih” yang sangat dihargai. Komunikasi non-verbal yang positif ini menular. Sekali Anda melakukannya, orang lain mungkin akan terinspirasi melakukan hal yang sama.

2. Sikap Prediktif: Menjadi ‘Peramal’ di Atas Roda

Pengendara yang baik tidak hanya fokus pada mobil di depannya, tetapi juga mampu “meramal” apa yang akan terjadi di sekitarnya. Ini bukan ilmu gaib, melainkan kemampuan antisipasi yang terlatih.

Lihat bola menggelinding ke jalan? Prediksi seorang anak kecil akan berlari mengejarnya. Melihat angkot melambat tanpa sein di lajur kanan? Antisipasi bahwa ia bisa berhenti mendadak untuk menaikkan penumpang.

Sikap prediktif berarti terus-menerus memindai lingkungan sekitar—lewat kaca spion, memperhatikan gerak-gerik pejalan kaki, hingga mewaspadai area blind spot. Dengan bersikap prediktif, kita memberi diri kita hadiah paling berharga di jalan: waktu untuk bereaksi.

3. Sikap Sabar: Menang Beberapa Detik atau Kehilangan Segalanya?

Jalan raya adalah panggung ujian kesabaran terbesar. Hasrat untuk menyerobot antrean, emosi saat disalip, atau frustrasi karena terjebak di belakang kendaraan lambat adalah hal yang manusiawi. Namun, meresponsnya dengan agresif adalah sebuah pilihan.

Coba tanyakan pada diri sendiri: “Dengan menyalip secara ugal-ugalan, berapa banyak waktu yang sebenarnya saya hemat? Satu menit? Tiga puluh detik?” Bandingkan keuntungan waktu yang sedikit itu dengan risiko kehilangan segalanya dalam sekejap mata.

“Di jalan, ego adalah musuh utama. Saat Anda bisa mengendalikan ego dan emosi, Anda sebenarnya sedang mengendalikan 90% keselamatan Anda,” ujar Budi Santoso, seorang instruktur safety driving. Mengalah sejenak bukan berarti kalah. Justru, itu adalah tanda kendali diri dan kedewasaan.

4. Sikap Berbagi Ruang: Aspal Ini Milik Bersama

Sering kali kita merasa jalanan adalah milik kita pribadi. Mobil merasa berhak atas lajurnya, dan motor merasa berhak atas setiap celah yang ada. Pola pikir ini harus diubah. Jalan raya adalah ruang publik yang kita bagi bersama dengan jutaan pengguna lain, dari pejalan kaki, pesepeda, hingga truk besar.

Sikap berbagi ruang ini tecermin dari tindakan-tindakan kecil:

  • Berhenti di belakang garis putih zebra cross, bukan di atasnya.
  • Memberi ruang yang cukup bagi pengendara motor, bukan malah mepet.
  • Tidak menggunakan bahu jalan atau trotoar untuk memotong jalan.
  • Saat di jalan kecil, bersedia menepi sejenak untuk memberi jalan pada kendaraan dari arah berlawanan.

Ingatlah selalu bahwa pengguna jalan yang paling rentan adalah pejalan kaki dan pesepeda. Sedikit kebaikan hati kita bisa menjadi pelindung bagi nyawa mereka.

5. Sikap Tanggung Jawab: Dari Hal Terkecil hingga Terbesar

Sikap ini adalah fondasi dari semuanya. Tanggung jawab dimulai bahkan sebelum mesin dinyalakan, yaitu dengan memastikan kendaraan kita dalam kondisi laik jalan—lampu berfungsi, rem pakem, dan ban tidak botak.

Di jalan, tanggung jawab berarti tidak membuang sampah sembarangan dari jendela atau tidak menggunakan ponsel yang jelas-jelas membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Dan jika—semoga tidak pernah terjadi—terlibat dalam insiden kecil seperti serempetan, sikap bertanggung jawab berarti berhenti, turun, dan menyelesaikannya dengan kepala dingin, bukan tancap gas dan melarikan diri.

Leave a Reply